Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi Gus Dur: Masa Kecil, Karir, dan Peranannya

Biografi Gus Dur


 

Biografi Gus Dur – Gus Dur atau Abdurrahman Wahid merupakan tokoh muslim di Indonesia dan menjadi presiden keempat Indonesia. Gus Dur menggantikan B.J Habibie setelah dipilih oleh MPR dari hasil pemilu 1999. 


Bisa dikatakan bahwa perjalanan hidup Abdurrahman Wahid ini penuh cerita dan kontroversial. Sosok yang lengkap begitu melekat pada dirinya.


Ia dikenal intelektual, aktivis, ulama dan juga budayawan sampai dengan politikus. Bahkan Gus Dur ini juga dikenal sebagai pengamat bola. Saat pemilihan presiden pada sidang MPR RI 1999, Gus Dur mengalahkan Megawati.  


Meski sudah menjadi presiden Gus Dur tetap mengeluarkan pernyataan yang kontroversial seperti “Gitu aja kok repot” terutama untuk menjawab semua tuduhan yang tertuju kepada dirinya.

 

Biografi Gus Dur

Biografi Gus Dur selalu menarik perhatian. Ia lahir di Jombang Jawa Timur tanggal 7 September 1940. Sebelumnya Gus Dur ini memiliki Nama Abdurrahman Ad-Dakhil yang artinya adalah sang penakluk. Karena Ad-Dakhil ini terdengar asing maka namanya diganti menjadi Abdurrahman Wahid.


Ia menjadi anak pertama dari 6 bersaudara pasangan dari Wahid Hasyim dan Solichah. Gus Dur lahir dari keluarga yang terhormat karena kakek dari ayahnya adalah pendiri NU, yaitu K.H Hasyim Asyari. 


Gus Dur ini berpindah-pindah dari Jombang Jakarta karena ayahnya menjadi Menteri Agama dan menjadi pengasuh pesantren Tebuireng.


Secara nasab Gus Dur memiliki garis keturunan orang besar, KH. Hasyim Asy’ari ini merupakan ulama yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia.


Jika ditarik ke atas ini maka nasab Gus Dur akan tersambung dengan Nabi Muhammad SAW melalui Maulana Ishaq yaitu wali Songo.


Dai jalur ibunya, Hj. Solichah ini merupakan puri pendiri dari pondok pesantren Denanyar, Jombang, KH. Bisri Syansuri yang mana juga ikut mendirikan dan memimpin Nahdlatul Ulama. Ia berperan dalam pergerakan nasional dan awal kemerdekaan. 


KH. Bisri Syansuri ini juga tercatat pernah menjadi Rais Aam PBNU.


Masa Kecil Gus Dur

Sejak kecil Gus Dur dikenal aktif bahkan hiperaktif. Dia sering membuat ulah bahkan merepotkan. 


Di masa kanak-kanak Gus Dur ini memiliki kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi milik sang ayah. Tidak hanya itu saja Gus Dur juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum yang ada di Jakarta.


Saat usianya belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai macam majalah, surat kabar, novel dan juga berbagai macam buku. Di samping membaca Gus Dur juga memiliki hobi bermain bola, catur bahkan musik. Gus Dur pun pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola yang ada di televisi.


Saat usianya 12 tahun tepatnya di tahun 1952 Gus Dur mengalami dua kali patah tulang lengan. Hal itu karena ia sangat aktif dan bersikap semaunya. Yang pertama akibat jatuh dari pohon, dahan pohon yang ia injak patah. 


Yang kedua ia juga hampir kehilangan tangannya di satu masa usia. Ceritanya saat itu ia mengambil makanan dari dapur kemudian memakan diatas pohon besar. Karena keenakan di atas pohon Gus Dur kemudian tertidur.  Karena tertidur di atas pohon kemudian menggelinding terjatuh ke bawah.


Patah tulang yang dialami oleh Gus Dur ini sangat serius dimana tulang lengannya sampai menonjol keluar. Dokter pertama yang merawatnya ini khawatir dan kemungkinan Gus Dur akan kehilangan tangannya karena selalu bersikap semaunya. Sikap kurang hati-hati dan selalu bersikap impulsif inilah yang membuat Gus Dur hampir celaka.


Perilaku Gus Dur yang bandel itu membuat ayah yang sangat sabar harus berlaku tegas. Gus Dur kecil diikat dengan tambang di tiang bendera di halaman depan sebagai hukuman karena lelucon yang terlalu jauh atau karena sikapnya yang kurang sopan.


Pendidikan

Meski menjadi anak yang bandel dan semaunya sendiri namun Gus Dur termasuk anak yang cerdas. Pertama kali belajar Gus Dur diajari oleh sang kakek KH. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya Gus Dur diajari membaca Al-Qur’an. Saat usia 5 tahun ia sudah rajin membaca Al-Qur’an. Saat sang ayah pindah ke Jakarta, Gus Dur ini juga mengikuti les privat bahasa Belanda.

Hal itu dilakukan berdampingan dengan pendidikan formalnya. Guru les bernama Willem Buhl seorang Jerman yang masuk Islam dan berubah nama menjadi Iskandar.


Gus Dur masuk ke SD Kris kemudian pindah ke SD Matraman Perwari. Menjelang kelulusan Sekolah Dasar Gus Dur telah memenangkan lomba karya tulis atau mengarang se-wilayah kota Jakarta dan ia menerima hadiah dari pemerintah. 


Dari pengalaman ini bisa menjelaskan jika Gus Dur ini mampu menuangkan gagasan atau ide lewat tulisan. Wajar jika kemudian tulisan dari Gus Dur menghiasi berbagai media massa.


Tahun 1953 sekolah di SMEP Gowongan Jogja, sambil ia mondok di pesantren Krapyak. Di sekolah ini pula Gus Dur mulai belajar bahasa Inggris. Karena ia merasa terkekang saat di pesantren akhirnya ia minta pindah di kota. 


Gus Dur pun tinggal di rumah Haji Junaidi yaitu pimpinan lokal Muhammadiyah dan ia menjadi orang yang memiliki pengaruh di SMEP.


Kegiatan rutin yang Gus Dur lakukan adalah setelah shalat subuh ia mengaji di K.H Ma’shum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP dan saat malam ia berdiskusi dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah yang lain. 


Setelah lulus SMEP ia nyantri di Pesantren Tegalrejo, Magelang, Ia menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun yang mana seharusnya empat tahun. Di tahun 1959 Gus Dur ini pindah ke pesantren Tambakberas yang ada di Jombang. 


Gus Dur pekerjaan pertamanya yaitu ia menjabat sebagai guru sekaligus menjadi kepala madrasah. Gus Dur ini pernah menjadi wartawan Horizon, selain itu ia juga pernah menjadi wartawan Majalah Budaya Jaya.


Di 1963 Gus Dur ini mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama agar belajar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir namun tidak bisa menyelesaikan karena pikirannya yang kritis. Setelah  ia belajar di Universitas Baghdad, meski awalnya lalai namun Gus Dur ini bisa menyelesaikan pendidikannya tahun 1970.


Karir Gus Dur

Meski terkenal bandel dan hiperaktif, Gus Dur memiliki perjalanan karir yang cemerlang seperti berikut:


Ketua PBNU


Pada tahun 1974 menjabat sebagai Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng sampai 1980. Setelah itu ia naik jabatan menjadi Khatib Awwal PBNU sampai tahun 1984. Baru di tahun 1984 ia menjabat sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU. 


Gus Dur menggantikan ketua PBNU sebelumnya yaitu Idham Khalid. Waktu itu Gus Dur terpilih secara aklamasi di dalam acara muktamar NU yang ke-27 dimana diselenggarakan di Situbondo.

Gus Dur saat itu berhasil membawa citra baru dalam tubuh NU. Sebelumnya NU ini merupakan organisasi Islam yang konservatif. Namun menurut penilaian sebagian kalangan, di masa itu Gus Dur mampu membawa anggota-anggota muda NU cenderung berpikir secara liberal.


Gus Dur ini dinilai terlalu berani dan terkadang nyeleneh sehingga muncul penilaian kurang baik dari masyarakat terhadap NU. Akibat karakter pemikiran yang liberal Gus Dur ini menjadi sosok dan tokoh yang kontroversial.


Ketua PKB


23 Juli 1998 Gus Dur dan pendiri NU lainnya mendirikan PKB di Ciganjur Jakarta Selatan. Karena pengaruh Gus Dur dalam partai ini cukup besar dia tidak hanya dikenal sebagai tokoh pendiri PKB saja namun juga menjabat Dewan Penasehat Partai.

Latar belakang lahirnya PKB ini disebut banyaknya aspirasi yang datang di kalangan NU. Gus Dur ini dianggap sebagai orang yang tepat untuk mewakili aspirasi tersebut dengan membentuk partai politik. 


Keinginan itu juga didorong oleh anggapan bahwa NU ini tidak boleh terus menerus dimarginalkan di dalam panggung politik Indonesia.


Hadirnya Gus Dur dalam dunia politik ini sekaligus membuka jalan bagi kalangan santri pedesaan agar berkecimpung di dalam dunia politik. Karisma ketokohan Gus Dur ini terbukti mampu mengantarkan partai ini menempati urutan ketiga di hasil pemilu 1999.  


Dengan demikian PKB ini layak mendapatkan 51 kursi DPR. Di tahun 2004 lalu PKB memperoleh 52 kursi parlemen. Disini sangat jelas meski PKB adalah partai baru berdiri namun partainya tersebut patut dipertimbangkan.


Presiden RI


Tahun 1999 Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI mengganti BJ Habibie. Naiknya Gus Dur ini saat kondisi Indonesia mengalami berbagai krisis. Masyarakat banyak berharap pemerintahan baru terbentuk dan Gus Dur menjadi harapan masyarakat. 


Periode Gus Dur menjadi presiden ini di satu sisi menunjukkan intelektual politik. Gus Dur ini tidak hanya dianggap sebagai tokoh yang paham dalam hal agama namun juga memiliki kapasitas untuk mengurus persoalan politik bangsa.


Gus Dur ini menjadi presiden Indonesia pertama yang latar belakangnya adalah seorang kyai. Ada juga yang mengatakan bahwa naiknya Gus Dur ini menjadi era baru kemenangan bagi politik kaum santri. Dengan tampilnya Gus Dur sebagai presiden menjadi sisi yang meruntuhkan semua mitos dan fakta dimana santri ini ada di pinggir kekuasaan. 


Anggapan itu bisa muncul di dalam diri sebagian warga NU yang mana menilai pihak penguasa ini kurang memberikan kesempatan bagi NU untuk terjun ke kancah politik di Indonesia.


Gus Dur ini menjabat presiden untuk periode 1999-2004 dan menjadikan Megawati Soekarno Putri sebagai wakilnya. Kesuksesan Gus Dur ini menuju kursi presiden memang tidak lepas dari dukungan beberapa partai yang coraknya Islam seperti PAN. 


Saat itu Amin Rais sebagai ketua umum PAN dan menjadi orang yang paling mendukung pencalonan Gus Dur untuk jadi presiden.


Gus Dur memimpin Indonesia dimana di negeri ini berada dalam kondisi yang tidak stabil. Meski pemerintahannya hanya kurang lebih dua tahun namun kiprah ketokohannya memberikan sumbangan yang patut dihargai oleh segenap bangsa Indonesia.


Saat menjabat presiden Gus Dur mengeluarkan kebijakan yang dianggap sebagai kontroversial. Kebijakan tersebut seperti membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Kedua departemen ini sebelumnya sudah ada di masa pemerintahan Orde Baru dan Habibie.


Ia menjelaskan perihal pembubaran kedua pos kementerian di hadapan DPR, Gus Dur ini melontarkan komentar bahwa DPR ini tidak ubah taman kanak-kanak.


Gus Dur juga mendatangi mantan Presiden Soeharto. Hal itu dilakukan setelah penguasa orde baru tersebut dilengserkan pada tahun 1998. Padahal waktu itu Soeharto dan keluarga Cendana menjadi sorotan publik.


Gus Dur ini menganggap bahwa Soeharto harus diadili, harta disita dan dimaafkan. Di tanggal 30 Agustus 2000 pengadilan bertahap mulai dilakukan.

 

Demikianlah biografi Gus Dur yang penting Anda tahu, semoga informasi ini bermanfaat.


Posting Komentar untuk "Biografi Gus Dur: Masa Kecil, Karir, dan Peranannya"